Wednesday, December 21, 2011

Tim Bedah Jantung

Operasi bedah jantung merupakan salah satu operasi yang unik, karena team ini memiliki unit yang berbeda, yakni adanya perfusionist, tim yang menjalankan mesin pintas jantung paru. Dalam pelaksanaannya, bedah jantung terdiri dari operator bedah, anastesi dan perfusionist
Operator bedah (surgeon) merupakan dokter spesialis bedah thorak kardiovaskular (Sp.BTKV) dengan didampingi asisten bedah. Asisten bedah bisa perawat (scrube dan circulate nurse), residen bedah (dokter yang dalam fase pendidikan spesialis bedah thorak kardiovaskular) dan dokter yang sudah lulus menjadi Sp.BTKV, namun masih perlu diasah untuk skill (keahlian) yang biasa disebut fellow.
Untuk anastesipun perlu adanya cardiac anastesi, dimana mereka memiliki pendidikan khusus untuk menjadi ahli bius. Pada unit anastesipun ada perawat anatesi yang biasa disebut sebagai penata anastesi.
Perfusionist, mungkin masih asing didengar. Karena memang unit ini unik. Hanya ada di bagian kamar bedah jantung. Mereka memiliki tugas untuk menjalankan mesin pintas jantung paru selama operasi.
Baca Selengkapnya

Saturday, December 17, 2011

Captopril

Indikasi:
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.

Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Komposisi:
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.

Cara Kerja Obat:
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.

Dosis:
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita (individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Peringatan dan Perhatian:
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera.
Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan garam-garam polassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Pada kehamilan trimester ll dan lll dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi, hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Efek Samping:
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentkan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Interaksi Obat:
Alkohot.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.

Cara penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

Kemasan dan Nomor Registrasi:
Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916 010 A1
Captopril 50 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL93209160108


HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Jenis: Tablet
Produsen: PT Indofarma

Sumber dechacare
Baca Selengkapnya

Elektrokardiogram

Elektrokardiogram (EKG atau ECG) adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Elektrodiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung.

Penggunaan EKG dipelopori oleh Einthoven pada tahun 1903 dengan menggunakan Galvanometer. Galvanometer senar ini adalah suatu instrumen yang sangat peka sekali yang dapat mencatat perbedaan kecil dari tegangan (milivolt) pada jantung.

Beberapa tujuan dari penggunaan EKG dapat kegunaan :
  1. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
  2. Kelainan-kelainan otot jantung
  3. Pengaruh/efek obat-obat jantung
  4. Ganguan -gangguan elektrolit
  5. Perikarditis
  6. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
  7. Menilai fungsi pacu jantung.
Baca Selengkapnya

Perfusionist

Perfusionist merupakan istilah yang masih terdengar asing, meskipun di kalangan medis. Clinical perfusionist atau cardiovascular perfusionist adalah sebutan lain dari perfusionist yang merupakan tenaga kesehatan profesional yang memiliki tugas utama mengendalikan mesin pintas jantung paru ketika operasi jantung. Dengan melihat pengertian tersebut, maka jelas bahwa perfusionist hanya ada pada operasi jantung.
Perfusionist memiliki tanggung jawab yang sangat besar seperti tim bedah jantung lainnya (surgeon (dokter bedah ) dan anastesi) saat melakukan tindakan pembedahan. Kami memiliki peranan menyiapkan semua hal yang berhubungan dengan penggunaan heart lung machine (mesin pintas jantung paru) dengan memerhatikan kondisi klinik dan juga hasil pemeriksaan penunjang pasien baik melalui hasil kateterisasi, echocardiogram ataupun pemeriksaan lab. Beberapa hal tersebut kami jadikan landasan apakah selama operasi, pasien memerlukan penggunaan mesin pintas jantung paru ataukah tidak dengan konfirmasi kepada dokter bedah.
Setelah konfirmasi dengan dokter bedah apakah operasi berjalan menggunakan mesin (mesin pintas jantung paru), maka mesin di-setting untuk siap pakai. Apabila dokter bedah menyatakan tidak menggunakan mesin, maka sebagai perfusionist memposisikan mesin stand by. Hal ini dimaksudkan mesin tetap di-setting sebagaimana mestinya, karena kita tidak mengetahui kondisi pasien ketika dilakukan off pump (Operasi tanpa menggunakan mesin).
Selama penggunaan mesin saat pembedahan, perfusionist memiliki peranan mempertahankan hemodinamika pasien dengan berbagai pemeriksaan laboratorium seperti asam basa, elektrolit, hemoglobin, hematokrit, gula darah, laktat. Selain memperhatikan hal tersebut, tak lupa juga untuk memperhatikan sirkulasi darah dengan memperhatikan cardiac indeks (indikasi pemberian darah kembali ke tubuh pasien), urin output sebagai indikasi fungsi ginjal selam operasi.
Baca Selengkapnya

Download

Beberapa artikel kesehatan jantung dan pembuluh darah di bawah ini dapat diunduh secara gratis.

_Maaf, dalam perbaikan_
Baca Selengkapnya

Penyakit Jantung Koroner

Baca Selengkapnya

Pemeriksaan Enzim Jantung

_Maaf, dalam perbaikan_
Baca Selengkapnya